KORANPURWOREJO.COM
KUTOARJO - Jika anda tidak menyebarkan cerita-cerita positif tentang sekolah anda, jangan salahkan jika masyarakat membuat cerita-cerita negatifnya. Demikian ungkap coach Ali Audah.Spd.MA. dalam Workshop SchoolBranding di SMK Institut Indonesia (SMK ii) Kutoarjo baru-baru ini, Sabtu (20/1).
Workshop yang wajib diikuti oleh seluruh guru dan karyawan ini menghadirkan dua pemateri dari Yogyakarta yaitu Rohmatunnazila, M.Hum, CEO EBC Smart Solution yang juga kandidat doktor linguistik di Universitas Gajah Mada (UGM) dan Ali Audah, S.Pd., M.A., seorang pelatih branding yang juga dosen di beberapa universitas di Yogyakarta.
Kegiatan yang bertajuk Brand refresh & Admissin Strategy ini membedah isu-isu penting dalam dunia branding dan promosi sekolah seperti; ciri-ciri sekolah ketinggalan jaman, kiat-kiat membangun branding sekolah yang kuat, membangun engagement dengan steakholder, school marketing, dan kiat-kiat mengajar generasi Z.
Shinta Kusumastuti, S.T., M.Pd., kepala SMK ii Kutoarjo, dalam sambutanya mengatakan sebagian besar sekolah swasta di Kutoarjo, termasuk SMK ii, merasa kalangkabut untuk bersaing dengan sekolah-sekolah negeri yang gratis. Maka untuk bertahan sekolah swasta harus promosi dengan tawaran-tawaran gratis juga, seperti gratis seragam, gratis uang gedung, dan sejenisnya.
“Promosi bukan hanya tentang memberi informasi, tetapi juga memberi alasan mengapa calon siswa sebaiknya memilih SMK ii dan juga membangun hubungan jangka panjang dengan mereka. Kedepan kami ingin calon siswa yang mencari kami, bukan kami yang mengejar mereka. Maka hari ini kami mengadirkan ahli branding dari Yogyakarta agar semua guru dan karyawan bisa belajar bersama dan menyamakan frekuansi pikiran akan pentingya membangun branding sekolah.”
Ditambahkan Shinta, memang ada hukum alam; bahwa dimana ada penjual disitu ada pembeli. Tapi bagaimana orang mengetahui kita jualan jika tidak promosi, dan bagaimana sekolah bisa promosi dengan baik jika tidak punya branding yang jelas. Pungkas alumni UGM tersebut.
Sementara itu Ali Audah, S.Pd., M.A., dalam sesi paparanya disambut dengan gelak tawa yang ger-ger an. Dengan gaya motivator yang khas ia menyelipkan humor dan autokritik yang me-roasting karakter para guru yang masih jauh dengan branding ideal sekolah berkemajuan.
“Saya sudah keliling ke-ratus-an sekolah. Yang saya amati sekolah yang maju mempunyai karakter suka menerima dan memuliakan tamu dan suka mengundang banyak tamu ke sekolah. Bisa dimulai dari membuat ruang kepala sekolah yang bagus, yang nyaman untuk menerima tamu. Selanjutnya semua ruang disekolah ini harus siap dan layak untuk menerima tamu.”
Dijelaskan Ali, ini sudah jamanya semua orang suka selfi dan foto maka sekolah harus punya ikon-ikon, papan nama dan ornament yang khas dan unik yang membuat tamu tertarik untuk foto-foto ketika ketika berkunjung. Ia menjamin jika itu digarap dengan baik, tidak butuh waktu lama SMK ii akan berubah.
Ali juga menambahkan jika semua warga sekolah adalah brand ambassador untuk SMK ii. Maka sebarkan berita-berita dan kegiatan-kegiatan positif dari sekolah. Ada syarat kepantasan untuk segala sesuatu. Jangan malah banyak mengeluh, mereka yang mengeluh sebenarnya sedang membunuh pertumbuhannya sendiri.
Di sesi penutup, Rohmatunazzila, M.Hum., membedah karakter generasi Z dan kiat-kiat mengajar mereka. Dijelaskan Nazzila bahwa kebanyakan guru itu masuk ke generasi baby boomer dan generasi X, sedang siswa sekarang adalah generasi Z, atau Gen-Z.
“Guru adalah profesi yang mengaharuskan diri selalu belajar dan mengikuti perkembangan jaman. Jika siswanya Gen-Z, guru harus berbicara dan mengajar dalam bahasa Gen-Z, dalam instruksi kelas yang sesuai dengan drive Gen-Z. Jika tidak, yang gak nyambung. Ahirnya guru ngomong sendiri, siswanya sibuk main HP. Lalu berkesimpulan siswa sekarang nakal-nakal dan susah diajar. Padahal gurunya yang tidak paham. Padahal jika bisa melibatkan HP untuk pembelajaran itu alat yang sangat powerfull untuk mengajar.”
Sementara itu, Ketua Panitia Workshop, Salwianto, S.Pd., M.Pd., yang juga Waka. Humas SMK ii Kutoarjo mengatakan ada sementara anggapan bahwa tugas guru itu hanya mengajar bukan promosi, padahal membangun branding dan promosi itu kerja kolektif semua warga sekolah. Menurutnya gedung bisa dibangun bagus, fasilitas bisa ditambah tetapi jika karakter dan budaya warga sekolah tidak sadar promosi maka akan berat untuk membangun branding.
“Branding itu bukan hanya promosi fisik, tapi apa yang orang rasakan, apa yang orang lihat, dan apa yang orang dengar itu bagian dari promosi. Termasuk bagaimana guru mengajar dan memperlakukan siswa. Menyambut tamu dan orang tua yang datang.” pungkas English trainer dan owner BSC Purworejo itu.
( Nang).
No comments:
Post a Comment