Analisis Ekonomi "Pedagang Warung Sembako" di Tengah Pandemi Covid-19 - Koran Purworejo

Breaking










Wednesday, October 6, 2021

Analisis Ekonomi "Pedagang Warung Sembako" di Tengah Pandemi Covid-19

 

KORANPURWOREJO.COM 

Pandemi Covid-19 merupakan virus baru yang mewabah pada tahun 2020 hingga sekarang ini di Indonesia. Penyebaran virus covid-19 ini terbilang cepat dan berakibat terhadap permasalahan sosial dan ekonomi. Indonesia termasuk dari berbagai negara yang mengalami penurunan ekonomi yang signifikan akibat era pandemi covid-19.

Ditulis oleh : Intan Ardiyati

Menurut BPS (Badan Pusat Statistika) pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun 2020 mengalami kontraksi untuk qtoq terkontraksi 0,42% dan yoy minus 2,19% atau tumbuh minus sebesar -2,07% disebabkan pandemic ini. Dengan demikian, sejak tahun 1998 untuk pertama kalinya pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi.


Aktivitas masyarakat yang dibatasi karena kebijakan dari presiden Jokowi untuk di berlakukan nya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), sehingga membuat para pelaku usaha mengalami penurunan pendapatan. Terutama masyarakat menengah ke bawah yang memiliki usaha usaha kecil sangat merasakan dampaknya. Alasan utama dari permasalahan ekonomi sendiri karena melambungnya harga barang yang signifikan. Para pelaku usaha diharapkan dapat mengatur strategi menciptakan inovasi baru dan kreatif sehingga dapat menarik pada konsumen dengan baik agar tidak mengalami kebangkrutan. 


1. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu bangsa dan daerah tak terkecuali di Indonesia karena UMKM menjadi bagian dari pertahanan ekonomi dalam negeri, kurang lebih 90% pelaku usaha di Indonesia merupakan usaha mikro, kecil dan menengah. Namun, akibat tekanan pandemic covid-19 membuat UMKM mengalami penurunan. Krisis ekonomi yang di alami UMKM tanpa disadari dapat menjadi ancaman bagi perekonomian negara.


2. Ekonomi Warga di Tengah Pandemi

Di tengah masa pandemi sekarang memang masyarakat lebih banyak mengkonsumsi barang atau jasa secara online. membuat UMKM kesulitan mencari konsumen. Termasuk para usaha kuliner yang memanggul dampak terberat disebabkan tidak semua pelaku usaha mengetahui pemasaran menggunakan platfrom. Untuk itu sebagai pelaku usaha dianjurkan harus belajar tentang bagaimana bisa bertahan dalam membuka usaha di saat mada pandemi covid-19. Salah satu cara yang efektif pelaku usaha di perlukan strategi, solusi terbaik untuk pelaku usaha yaitu bisa dengan menggunakan sosial media ini merupakan solusi terbaik dalam menghadapi tantangan pemasaran saat pandemi covid-19 agar dapat mengembalikan omset penjualan nya. 


3. Pengakuan Warga Masyarakat Desa

Di salah satu kabupaten Purworejo, tepatnya di desa Wonosido terdapat sebuah usaha mikro kecil menengah yaitu usaha pedagang warung sembako. Usaha ini sudah berdiri lama sebelum adanya pandemi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga memudahkan masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhan. Saat pandemi ini usaha tersebut sedikit mengalami penurunan karena diberlakukan nya pembatasan kebiatan masyarakat. Karena dagangan nya tidak menghasilkan omset pada saat sebelum pandemi dengan begitu pelaku usaha memiliki pikiran untuk memperjual dagangan nya melalui online. 


Setelah saya melakukan diskusi singkat dan mewawancarai salah satu Narasumber yang Bernama Ibu Sri Astuti yang merupakan pemilik warung sembako ini. Saya mendapatkan banyak infoermasi terkait usaha bisnis sembako yang dimilikinya, permasalahan apa saja yang dihadapi beliau di masa pandemi covid-19. Beliau sendiri mengatakan bahwa usaha warung sembako nya ini termasuk mengalami  dampak akibat pandemi, mengalami penurunan omset pendapatan, yang sebelum ada pandemic pendapatan sebulan nya bisa sampai 3.000.000 dan setelah adanya pandemi tidak sampai menghasilkan seperti sebelum adanya pandemi.


Tempat usaha beliau sudah dikatakan cukup strategis namun, sebagai usaha warung sembako sangat memiliki banyak pesaing. Beliau biasanya menggunakan media seperti Whatsapp dan juga Facebook untuk memperjual dagangan nya supaya konsumen tertarik dan mengetahui apa saya yang dijualnya. Dan juga faktor yang menjadi salah satu masalah nya yaitu berang pemasok dari tempat grosir banyak yang kosong karena agen langsung tidak bisa masuk ke desa akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), selama masa PPKM jam oprasionalnya sendiri juga berubah yang biasanya buka dari jam 08.00 – 21.00 WIB setelah diberlakukan nya PPKM hanya buka dari jam 08.00 – 20.00 WIB. 


Omset penjualan sembako mengalami penurunan, selain menjadi pedagang sembako beliau juga menjadi Agen BRILink serta Catering dan beliau memasarkannya secara online, konsumennya kebanyakan masyarakat desa atau dari desa lain, apabila ada yang memesan Cateringnya beliau siap mengantar nya atau diambil sendiri oleh konsumennya. Dengan cara begitu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan keluarga nya dan menaikkan omset penjualannya. Inovasi dalam berdagang memang perlu dikembangkan agar tetap maju nya setiap usaha ditengah mewabah nya pandemi.


Upaya pemerintah sendiri untuk mengatasi perekonomian nasional saat ini dengan berbagai program salah satunya Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM) kepada lebih 12 jt UMKM pada tahun 2021 ini. Pemerintah menyiapkan dana khusus sebesar 15,36 Triliun dengan setiap UMKM mendapatkan bantuan sebesar 1,2 jt. Program ini sendiri merupakan program lanjutan tahun 2020 lalu dan saat ini penyaluran bantuan sudah mencapai 88%. Dengan ini diharapkan perekonomian Indonesia bisa Kembali Pulih. ***


Penulis : Intan Ardiyati, mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Jogjakarta.

Dosen Pengampu : Putri Dwi Cahyani, S.E.,M.E.I.

No comments:

Post a Comment