SENI PRIMORDIAL, PENTAS SENDIRI,DITONTON DISANJUNG TEMAN SENDIRI. - Koran Purworejo

Breaking










Sunday, June 26, 2022

SENI PRIMORDIAL, PENTAS SENDIRI,DITONTON DISANJUNG TEMAN SENDIRI.



Untuk  menambah wawasan kultural.

Redaksi KORANPURWOREJO.COM menurunkan tulisan berupa Essay. Ditulis Oleh : Sumanang Tirtasujana.


Seni primordial yaitu seni yang mewujudkannya  dalam bentuk identitas kelompok. Berkebalikan dari seni eksistensialis personal yang menjadi simbol jatidiri seseorang.


Seni Primordial secara karakteristik, masing masing pelakunya, akan melahirkan sebuah sikap mempertahankan keutuhan kelompok dan merasa  sangat kuat. Sangat merasa lebih dari yang lain.


Sikap semacam itu akan melahirkan konsekwensi bakal mudah memicu permusuhan, atau konflik, dengan kelompok lain.


Segala yang berkaitan dengannya pasti memiliki nilai-nilai dengan sistem keyakinan tertentu. Ikatan emosi kelompok tertentu. Bahkan terkadang terjebak caufinistik yang sempit.


Setidaknya akan menimbulkan perihal pandangan, yang dapat menciptakan cita-cita sama. Antara satu orang dengan orang lain, dalam kelompok yang sama. Yang kemudian membuat ego kelompok.


Sikap dan pandangan ini yang dapat membuat seseorang mencintai kelompoknya berlebihan. Daripada mencintai budaya untuk membangun  harmoni hidup yang multi kultur.


Pengidap primordial, bahkan menganggap genre seni yang ia pilih, sebagai seni paling baik dan bergizi. Daripapada seni seni lain.


Para pengidap seni primordialis, bisa ditengarai berperan besar memicu masalah diskriminasi, dengan kelompok kesenian yang lain. 

Terbukti akan melahirkan pandangan, bahwa orang lain, dinilai bukan sebagai kelompoknya.

Memunculkan kesetiaan sejati terhadap kelompoknya.

Perilakunya lebih aneh daripada,para seniman pemikir yang sebenarnya.


Seniman primordial, berkecenderungan: berlatih sendiri, pentas sendiri,ditonton oleh kawan kawannya sendiri. Dikomentari, dibanggakan oleh kawan kawan sendiri pula.


Dapat dinalar dan dilogika, penganut  faham seni ini menghambat adanya asimilasi dan integrasi ketika hidup harus bersimultan dengan kebudayaan yang multi kultur.


Kelompok kelompok primordial tersebut. Pasti akan mengurangi dan menghilangkan objektivitas ilmu pengetahuan, karena membatasi sebuah pandangan. Padahal seni punya cara pandang yang lebih holistik.


Seniman yang kejebak pada primordial , akan menghambat adanya proses modernisasi dan pembangunan yang biasa dilakukan seperti di negara negara maju.


Dan pada kondisi yang sulit dikendalikan. Mereka akan mengganggu kelangsungan hidup majunya kebudayaan yang terus adaptif dengan era jamannya.


Perlu kita pahami, sebagaimana dalam tataran intelektual manusia. Kita mengenal tataran strata : Siapa Budayawan. Siapa seniman dan siapa pelaku seni.


Budayawan adalah:  Mereka  pada umumnya memiliki kecerdasan, wawasan kulturalnya tinggi, wawasan mandalanya luas, keberartian hidupnya dinut, diadopsi oleh publik. Karena menguasai bidang ilmu kultural. Serta menjadi rujukan publik. Sudah otomatis seorang budayawan kecendekiaannya lebih tinggi dari para pelaku seni. 


 Seniman  adalah mereka yang  berkarya seni, melahirkan karya sesuai pilihannya dan memiliki jati diri eksitensi , terus kontinyu berkarya . Mempublikasi dan bisa mempresentasi  dengan disiplin ilmunya.


Pelaku seni adalah:  Mereka yang tidak berkarya seni, tapi melakukan kegiatan seni , sebatas sebagai pelaku seni semata. 

Dan Seni primordial senyatanya banyak digumuli oleh para pelaku seni.


Yaitu mereka yang bergumul di tataran kesenian sebagai pelaku seni saja. Tapi tidak melahirkan karya. Ia melakukan yang itu itu saja. Tanpa melakukan pembaharuan inovasi sesuai jamannya. 


Lalu pertanyaannya, diposisi mana kita berkesenian ? 

Berkarya apa ? Menciptakan narasi pemikiran budaya apa ? Atau sebatas gedabigan menciptakan panggung sendiri. Ditonton kawan kawan sendiri. Ditepuki saudara sendiri. Disanjung temen temen sendiri ? 

Ya  Primordial ***


Sumanang Tirtasujana. Seorang Essays Kebudayaan.

No comments:

Post a Comment