KESENIAN DOLALAK DALAM PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PURWOREJO - Koran Purworejo

Breaking










Tuesday, May 18, 2021

KESENIAN DOLALAK DALAM PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PURWOREJO


Foto Dolalak fersi Sanggar -Red.

Rubrik Budaya KORANPURWOREJO, kali ini menurunkan tulisan budaya yang mengupas seputar pergeseran , perkembangan dan harapan kesenian Dolalak, kesenian  khas Purworejo.  Dari pandangan seorang mahasiswa perempuan. ( Red).

Ditulis Oleh Ary Wijiningrum


Seni merupakan proses kreativitas manusia, yang berasal dari ide, gagasan, luapan perasaan yang diekspresikan melalui media tertentu. Sehingga orang lain dapat turut menikmatinya dan dapat turut mengaprsiasi pesan yang disampaikan oleh pembuat karya seni tersebut.

 Manusia sangat erat dengan pesan-pesan, yang diteruskan dari satu generasi berikutnya, melalui seni manusia mewariskan pesan-pesan kehidupan, sebuah kebijaksanaan untuk menghadapi tantangan dan menyelesaikan problem kehidupannya. 

Metafora alam misalnya, dapat diceritakan dengan penuh pesona dalam sebuah cerita legenda, ataupun diterjemahkan ke dalam gerak tari-tarian, nyanyian, drama, dan sebagainya. 

Seni adalah budaya manusia yang usianya sudah sangat tua, seumur dengan peradaban manusia itu sendiri. 


Memang tidak semua karya seni mengalami nasib yang baik untuk bisa sampai di tangan generasi masa kini, sebagian tidak terawat bergeser dari asli awalnya. bahkan sebagian bisa nyaris hilang karena alasan tertentu.  Misal karena tak bisa menyesuaian lagi dengan peradaban barunya. Atau ditinggal generasai yang lebih merasa modern.

Namun, pada kesenian Dolalak seni terus mengalir dari generasi ke generasi, memperbaharui bentuknya yang kontekstual terhadap jaman. Bahkan kesenian Dolalak merupakan kesenian rakyat yang kemudian dijadikam sebagai identitas daerah  Kabupaten Purworejo. 


Kesejarahan penamaan “Dolalak” diambil dari pendengaran orang yang menangkap nada-nada  yang dinyanyikan oleh kompeni Belanda pada saat sedang bersantai dan berpesta.

 “Dolalak” merupakan nama yang diambil dari ucapan tiga nada “do” (1) “la” (6) “la” (6), yang oleh lidah jawa menyebutnya “Dolalak”.


Ada pergeseran perubahan 

Jika dicermati dalam perkembangannya, kesenian Dolalak banyak mengalami perubahan baik dari bentuk warna kostum, penyajiannya, fungsi, serta makna yang terkandung dalam kesenian tersebut. 

Perubahan kesenian Dolalak terjadi secara signifikan dari awal kemunculannya hingga saat ini.  Dahulu kesenian Dolalak dilakukan oleh laki-laki sekarang di lakukan oleh perempuan. Dan dahulu fungsi dari kesenian Dolalak adalah sebagai media hiburan, kini menjadi media tontonan bahkan manjadi media industri kreatif untuk memperoleh penghasilan penarinya. Bahkan oleh lembaga  pendidikan dijadikan tari wajib yang harus dikuasi murid. Terbukti pernah di workshop secara massal melalului Dindikpora.

 Bentuk penyajian dalam kesenian Dolalak perubahan pada gerak yang dilakukan semula gerakannya hanya sederhana. Kini lebih bergeser ke irama nDandut, dipertegas dan diperjelas lagi bentuk-bentuk serta cara melakukannya. Mungkin saja ini bagian dari perubahan,yang menyelaraskan jamannya.

Bahkan banyak seniman di Kabupaten Purworejo yang mulai mengeksplorasi dan mengkreasikan Dolalak menjadi karya yang menarik. Pola lantai ( Komposisi blocking )  yang digunakan semula hanya berbaris dua banjar, sekarang pola lantai yang dimiliki kesenian Dolalak mulai beragam. 


Dalam pementasan Dolalak syair yang digunakan juga beragam, syair yang dinyanyikan sering diubah sesuai dengan keinginan seniman. Dilakukan pula penambahan alat musik dalam setiap pementasannya agar tampak menarik, diantaranya tamborin, keyboard, gitar, dan bass. 


Ada yang tak sopan pada tempatnya.

Terkadang seiring perubahan ,ada pergeseran estetik. Seperti Kostum yang digunakan juga mengalami beberapa perubahan dengan mengganti warna lain. 

Adanya perubahan tersebut menjadikan kesenian Dolalak berkembang lebih baik meskipun terkadang banyak mendapatkan teguran dari berbagai pihak. 

Hal itu dikarenakan masih ada sebagian grup kesenian Dolalak yang dalam setiap pertunjukannya masih mempertontonkan sesuatu yang kurang pantas. 

Diantaranya gerakannya yang cenderung seronok, pemakaian celana yang terlalu pendek dan ketat, terlalu sering melagukan musik dangdut daripada syair Dolalak.


 Serta adegan pada saat trance tidak jarang penari Dolalak perempuan merokok diatas panggung. Dipertontonkannya hal hal diluar konteks kesenian Ndolalak itulah, membawa citra seninya menjadi 'ternoda'.


Kemungkinan yang terjadi akibat adanya perubahan sosial budaya tersebut. Yaituadanya masyarakat yang mudah menerima budaya baru, maka akan membuat sosial budayanya juga mudah ikut berubah.

 Ada juga yang masih tetap mempertahankan sosial budaya yang telah ada. Sehingga orisinalitasnya masih terap terjaga.

Namun ada juga  yang mengadopsi hal yang baru, dan mencampurkannya.  Sehingga terjadi percampuran antara yang lama dengan yang baru.


Pada perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat bahwa kesenian Dolalak mengkomunikasikan dengan hal yang baru. Karena pada ruang dan waktu tertentu penguasaan terhadap kesenian itu berbeda, maka pada satu kesenian ditemukan bermacam-macam versi.


 Sekarang ini kesenian Dolalak secara garis besar dibagi menjadi tiga, yakni : kelompok kesenian Dolalak dengan penari putra, kelompok kesenian Dolalak dengan penari putri, dan ndolalah dari  sanggar seni yang biasanya menjunjungbtinggi kaidah kaidah koreografi. 


Perbedaan-perbedaan bentuk kelompok seni tersebut menjadi bukti bahwa kesenian Dolalak disesuaikan dengan siapa yang menguasai kesenian pada masa tertentu.


Sanggar tari  jadi penjaga tradisi.

Kesenian tidak hanya dianggap sebagai kesenian secara sosial karena kesenian tersebut sedang mengkomunikasikan kuasa apa yang berlaku di suatu daerah dan kesenian adalah salah satu cara untuk penguasaan kuasa tertentu dalam suatu komunitas itu. Para penguasa pada masanya menginginkan adanya perubahan atau memang untuk diubah agar sesuai dengan tujuannya yang merupakan kepentingan dari masing-masing penguasa pada masanya. 

Contoh produks dari sanggar tari lebih menjaga kaedah norma.-Red.


Karena tiap-tiap kelompok kesenian memiliki perbedaan-perbedaan pada bentuk seninya masing-masing, karena tiap kelompok memiliki “kuasa” yang berbeda atas kesenian Dolalak.

Pada dasarnya sebuah kesenian, kekayaan budaya yang tak ternilai harganya yang perlu dipertahankan dan dilestarikan agar generasi selanjutnya dapat menikmatinya. Maka dari itu masyarakat diharapkan akan selalu mendukung dan melestarikan kesenian tari Dolalak ini, dengan cara selalu mendukung keluarga ataupun rekan-rekannya yang ingin masuk dalam sanggar kesenian tari Dolalak. 

Penting terciptanya saling mengawasi interaksi-interaksi para remaja di masyarakat agar nilai yang selama ini menjadi acuan dalam kehidupan tetap terjaga.

Sampai saat ini peran pemerintah dan masyarakat kabupaten purworejo dalam melestarikan kesenian Dolalak sangatlah baik. Hal ini di buktikan dengan banyaknya sanggar tari Dolalak yang dapat dipastikan disetiap desa ataupun kecamatan di kabupaten purworejo pasti memilikinya. Peran masyarakat juga sangat baik karena selalu mendukung dengan menyaksikan penampilan kesenian Dolalak. Peran pemerintah sampai sejauh ini sangat bagus, dengan diadakannya lomba rutin baik ditingkat kecamatan maupun ditingkat kabupaten. Melalui peraturan Bupati Purworejo Nomor 60 Tahun 2009 tentang “pedoman penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal” menjadi langkah yang baik dari pemerintah dalam mempertahankan, melestarikan dan mengenalkan budaya lokal kepada generasi muda pada ruang lingkup pendidikan***

Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta

arywiji048@gmail.com

No comments:

Post a Comment