SEKILAS TENTANG SASTRAWAN ATAS DANUSUBRATA , DIANGGAP BERJASA BAGI PERUBAHAN HARI JADI - Koran Purworejo

Breaking










Wednesday, February 17, 2021

SEKILAS TENTANG SASTRAWAN ATAS DANUSUBRATA , DIANGGAP BERJASA BAGI PERUBAHAN HARI JADI



Pada hari Pers Nasional yang digelar oleh Pewarta Purworejo di Pendapa Kabupaten Purworejo Senin (15/2/2021). Ada yang nyaris luput terkengsel dari pemberitaan Media.

 Ahmad Rohadi menulisnya sebagai catatan budaya. KoranPurworejo.Com memberi ruang khusus terhadap momen budaya saat Novelis Atas Danusubrata membacakan puisi berjudul Ibu .


Sebelum membacakan puisinya , Atas Danusubrata malam itu  memberikan dua novel terbarunya Sang Pangeran  ( merupakan babad banyuurip )  & Novel Sak-kedeping Mripat, pada Bupati Purworejo R Agus Bastian SE.MM. diacara HPN dan 100 an tamu undangan.


Oleh MC sastrawan Sumanang Tirta diminta untuk memberi prolog. 


Pada awal kata pertama,   Sumanang melontarkan kalimat . " Mohon untuk didengarkan baik baik . Dari tadi saya juga sudah jadi pendengar yang baik " ungkapnya yang langsung menyita perhatian publik. 


" Siapapun boleh tidak sepaham. Tapi secara historis, normallah ketika terjadi pendewasaan terhadap Atas Danusubrata. Tercermin dan kian tajam nenempatkan dimensi kekaryaannya. Dewasa berarti kritis terhadap diri sendiri termasuk sikap yang menyuburkan penghayatannya pada dunia pilihannya sastra " Kata sumanang Tirtasujana.


" Atas Dhanusubrata siperaih Rancage Award ini, dimata saya  orangnya kelewat sahaja. Kelewat lugu. Bahkan dia mengaku, setiap kehadirannya di forum kesenian, sering kehadirannya  tidak diaggap mewakili seniman. Karena lugu, dan kalah mendapat perhatian dari orang orang bergaya yang beratribut gondrong nyentrik dan mboys. 


Lalu Sumanang pun berkekakar ala seniman ,

 " Mugakno gondrong, kupinge ditindik, bila perlu tampil yang aneh aneh biar mboys. Lalu akan lebih dipandang  nyeni". Lalu dari kalimat satire Sumanang Atas Danusubrata menimpali . " Asyu Emohlah... ! Para tamu seperti  Dandim Kapolres juga Bupati , dan pejabat pemda, tamu undangan  pada ketawa ngakak.  Keduanya memang akrab dan sering gojegan ala kere jogja. 


Dijelaskan oleh Sumanang Tirtasujana,

" Atas adalah termasuk generasi pertama Persada Study Club Malioboro yang diasuh Umbu Landu Paranggi. Ia seangkatan penyair Iman Budi Santosa, Emha Ainun Najib, Eka Ardhana, Ragil Suwarno Pragolapati, novelis  Budi Sardjono dll.

Selepas dari Jogja Atas menjadi Pemred sebuah Koran Di Semarang, bersama para penulis semarang mendirikan KPS ( Keluarga penulis semarang) " Urai Sumanang.


" Sesama orang yang pernah mereguk ekosistem sastra di Malioboro. Saya dipertemukan dengan Atas Dhanudubrata oleh penyair dan pemain film serius Bambang Darto dan Mas Iman Budi Santosa th 80 an.


Bagi Atas sastra adalah pilihan hidupnya. Ia berseni tidak memperalat seni untuk berpolitik. Seni baginya sebagai alat untuk memberi penyadaran,  memberi terapi jiwa pembaca, serta menginspirasi . Juga memberikan pencerdasan yang tidak disentuh ilmu ilmu lain . Dari tangan dinginnya Atas  telah melahirkan puluhan  novel berbobot " tambah Sumanang.


" Dimata saya Atas seorang yang dahsyat. Jika berdua dengan saya, ia seorang yang kocak. Sekaligus perenung jitu dan pengingat momen masa lalu yang tajam " .


Atas juga seorang  jenius untuk hal hal yang berakar pada tradisi. Juga penulis sejarah Bagelenan yang Oye ! " tandas Sumanang.


Sampai sampai ketika hari jadi Purworejo akan dirubah. Sebelum penetapan Perda, Atas Danusubrata diundang untuk Orasi di Sidang Dewan Terbuka di Gedung DPRD.

 

Atas siPenulis buku Tjakranegara Pendiri Purworejo, yang banyak andil dalam dasar  perubahan hari jadi Purworejo ini. Juga menulis   Babad Banyuurip dan babad Kedung Kebo.  Bisa jadi saya pandang sebagai penentu ligitimasi bagi DPRD untuk menerbitkan perda perubahsn hari jadi Purworejo. 


Hal tersebut menjadi cukup beralasan.  Uniknya semua pembicara dalam berbagai  seminar seperti Pieter Carry juga semua yang bergelar Doktor, hampir dipastikan tak terhindarkan mengutip pendapat buku Atas Danusubrata.


Diakhir kata  sumanang mengatakan  " Sudah selayaknya kepada pria berstyle lugu ini, hadirin dan publik harus menaruh hormat pada Atas Danusubrata .  seraya Sumanang mengakhiri prolognya tentang  apa  siapa Atas Danusubrata

( Catatan budaya Acmad Rohadi).

No comments:

Post a Comment