MENSIKAPI PROBLEMA PEMBELAJARAN DITENGAH PANDEMI COVID 19 - Koran Purworejo

Breaking










Monday, November 16, 2020

MENSIKAPI PROBLEMA PEMBELAJARAN DITENGAH PANDEMI COVID 19

 


Ditengah Pandemi Covid-19. Kali ini KoranPurworejo.Com memandang perlu menurunkan tulisan yang di beri judul 'Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Google Classroom'  ditulis Oleh : Octa Adetya , Seorang Guru Bahasa Indonesia di SMAN 10 Purworejo.


PANDEMI membawa problematika tersendiri bagi pendidik dalam pembelajaran. Salah satu problem yang dirasakan oleh pendidik adalah kurang terimplementasikannya pendekatan student based learning yang utuh. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala, salah satunya pembelajaran yang tidak bisa dilakukan secara tatap muka. 


Tahapan-tahapan pembelajaran yang biasanya diaplikasikan melalui berbagai kegiatan mengasyikan di dalam kelas, mau tidak mau harus disesuaikan dengan kondisi. 


Pandemi tidak hanya menjadi momok bagi para pendidik, melainkan juga peserta didik. Peserta didik yang biasanya aktif terlibat dalam kegiatan diskusi kelompok dengan berbagai macam jenisnya, melakukan presentasi langsung menggunakan LCD maupun media lain, bermain peran, maupun bermain games, kali ini harus berhadapan dengan keadaan. Belajar dari rumah dengan sistem daring. 


Pada Agustus lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus. Keputusan ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi sekolah untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. Meski sudah dilakukan penyederhanaan kurikulum nasional, beberapa kompetensi dasar yang ada di struktur kurikulum memiliki materi yang cenderung sulit dipahami dibandingkan materi yang lain. Salah satu materi yang sulit dipahami untuk jenjang SMA adalah materi hikayat pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X. 


Pembelajaran hikayat merupakan salah satu materi sulit, karena peserta didik tidak terbiasa untuk membaca cerita dengan bahasa Melayu Lama. Untuk bisa memahami hikayat, maka peserta didik harus mengidentifikasi kata sulit, menginterpretasikan, menganalisis, dan menilai. Hal ini semakin sulit ketika tuntutan kurikulum mengharuskan peserta didik untuk membandingkan hikayat dengan cerpen. 


Selama pandemi pembelajaran hikayat lebih banyak dilakukan satu arah. Penggunaan google classroom yang dilakukan bersifat individu. Peserta didik diminta membaca teks yang ada di buku paket kemudian menganalisis teks yang ada secara mandiri. Setelah itu, mereka mengumpulkan tugas kepada guru. Padahal platform google classroom memungkinkan guru untuk membentuk kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil memiliki fungsi sebagai grup diskusi. Peerapan pembelajaran kolaboratif memiliki keunggulan, karena dengan pembelajaran kolaboratif maka masing-masing peserta didik mampu bersinergi dan bekerjasama dalam memecahkan permasalahan. 


Penggunaan kelompok juga memiliki peran untuk membentuk karakter tanggungjawab. Peserta didik cenderung akan bertanggungjawab ketika mereka memiliki keterikatan dengan orang lain dibandingkan ketika mereka bekerja secara individual. 


Berdasarkan pengalaman yang sudah dilakukan di SMAN 10 Purworejo, pembelajaran kolaboratif berbasis google classroom dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran sebanyak 20%. Sementara antusiasme, keaktifan, dan kerjasama meningkat 33% dibandingkan menggunakan pembelajaran konvensional. Artinya di luar permasalahan teknis seperti jaringan, kuota, dan ketidaktersediaan gawai, pembelajaran kolaboratif ini bisa menjadi alternatif yang bisa dilakukan oleh pendidik, khususnya untuk mensiasati materi-materi yang dianggap sulit. ***


Okta Adetya. Guru Bahasa Indonesia SMAN 10 Purworejo

No comments:

Post a Comment