SAJAK SAJAK COEN SUPRIYATMI IMOGIRI BANTUL.
( Untuk memberi ruang publik, Rubrik Budaya Korapurworejo.com Menerima tulisan karya yang relevan, dan akan memuatnya disetiap hari Minggu Pagi )
Berikut Sajak Sajak Choen Supriyatmi.
BIODATA
Choen Supriyatmi lahir di Bruno, Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 7 November 1969 dan menghabiskan masa kecilnya di sana. Pada tahun 1987 pindah ke Yogyakarta, dan sejak tahun 1991 menetap di Imogiri, Bantul. Selain menulis, sampai sekarang mengajar di SMP 1 Imogiri, Bantul.
Karya-karyanya termuat di beberapa antologi, antara lain; Riak Bogowonto (1987), Risang Pawestri (1990), Pawestren (2013), Tengara Getar Lengkara (2014), Di Antara Perempuan (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Wajah Ibu (2016), dan Berbagi Zikir (2017)
Choen Supriyatmi
Tentang Kampung Halaman
kangen kampung halaman adalah jingganya kelopak flamboyan di atas hijau rumput sehabis hujan adalah saat membelah durian dekat patung WR Supratman kangen itu adalah gebleg bumbu dan clorot manis yang unik seperti Dian Djati dan Nunik kangen ini semangkok bakso yang dinikmati dengan saos dan sedikit cuka lezatnya tak tertemui di lain kota adalah soto babat dan teh hangat di stasiun, yang selalu habis sebelum jam empat kangenku kini adalah postra dan kopisisa yang entah tak lagi terdengar kabarnya.
Choen Supriyatmi
Sajak Mantra
Aku tak biasa mencatat nama nama
tapi ada yang tetap tinggal di dalam dada
bahkan lengkap lekuk tajam rupa
juga ikal gelombang rambutnya
Aku tak biasa mengingat angka angka tapi ada yang begitu lama tak bisa kulupa bahkan dengan semua spektrum warna serta segala aroma di dalamnya : itulah mantra, agar pintu pintu terbuka.
Imogiri, 2016
Choen Supriyatmi
Sajak Pengembara
Jiwa kita telah mengembara di padang padang terbuka
melempar sauh hingga pulau pulau yang jauh
dan pernah sampai di satu titik temu
lantas bagai angin sepoi semua mesti berlalu
Dan kini, saat jemari tak lagi sampai buat mengusap dan membelai rasakanlah jantung saling berdekap bagai rumah yang kedap dan hangat bagi jiwamu yang teramat penat
(mengenang langkah langkah sunyi sepanjang Sukhumvit street) Imogiri, Januari 2017
Choen Supriyatmi
Sajak Perjumpaan
Setelah perjumpaan itu selalu kurasakan gigil dalam jiwaku lagi pula telah terkatup segala pintu pintu dan daun jendela
Setelah perjumpaan itu
kita tandaskan gelas gelas hingga beku
dan tanggalkan huruf dari semesta
biar tak tertulis lagi dusta
Setelah perjumpaan itu
tinggallah kini sujud panjangku
hingga kita bertemu suatu waktu.
Imogiri, 2017
Choen Supriyatmi
Sajak Rumah
dunia adalah beragam peristiwa
bermula jauh sebelum tangis pecah ketika subuh rekah
masa kanak dengan segala tawa dan bahagia membuncah
tapak kehidupan bagai pergantian pagi dan petang malam serta siang
perjalanan jauh jadi terlampau melelahkan
kala rumah sangat berjarak dan tak ada rindang naungan
matahari teramat terik pada musim kemarau panjang
hewan hewan gembalaan resah berebut rumputan
tanah ladang terbelah dan sungai hanya tinggal batuan
ketika langit senja mulai memerah
kaulah rumah bagi gembala yang lelah
tempat bagi segala untuk berserah
dan inilah rintik hujan permulaan
sejak aku kembali dan bermukim di rumahmu
bersama lirih jengkerik dan kersik daun bambu
menjaga cinta tetap abadi selalu
syahdu rintik gerimis di atas genting
remang sunyi udara tanpa desing
demikianlah aku mencintaimu dalam hening
dalam khusuk dan hati bening
Imogiri, 4 Oktober 2017.
Choen Supriyatmi
Tikam Jejak
pada setiap lipitnya kaujahit sepi
lalu kautisik segala nyeri
dengan jarum tajam dan seutas benang
kausambung dua ujung yang senjang
tusukmu amat sederhana
hanya tikam jejak saja yang kaubisa
dan dengannya engkau beri makna
: sepenuh cinta.
Imogiri, 5 Oktober 2017
Choen Supriyatmi
Sajak Cinta untuk Negeri
Cinta adalah mata air kehidupan
yang berhulu dari kaki kaki gunung
dari rimba rimba semesta yang rimbun
Cinta adalah sungai sungai bening
yang berliku menuju laut dan bermuara di samudera raya
yang ketika terik matahari menguapkannya
dengan rela ia menjelma hujan dan memberi kesejukan
Cinta adalah rinai gerimis yang tercucah dari langit
dari maha luas angkasa untuk bumi dan seisinya
darinya tumbuh rumputan, pohonan, aneka macam buah buahan
butir butir padi, bulir bulir gandum, dan segala macam umbi umbian
Cinta adalah para gembala dengan kerbau, sapi, dan biri birinya
selalu menjaga tanpa pernah memangsa atau membiarkannya terluka
Cinta adalah negeri yang aman sentausa
tanah tempat kita berpijak dan beranak pinak.
Imogiri, 12 Oktober 2018
No comments:
Post a Comment