SAJAK SAJAK COEN SUPRIYATMI IMOGIRI BANTUL. - Koran Purworejo

Breaking










Sunday, February 11, 2018

SAJAK SAJAK COEN SUPRIYATMI IMOGIRI BANTUL.


SAJAK SAJAK COEN SUPRIYATMI  IMOGIRI BANTUL.

( Untuk memberi ruang publik, Rubrik Budaya Korapurworejo.com Menerima tulisan karya yang relevan, dan akan memuatnya disetiap  hari Minggu Pagi )

Berikut Sajak Sajak Choen Supriyatmi.

BIODATA
Choen Supriyatmi lahir di Bruno, Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 7 November 1969 dan menghabiskan masa kecilnya di sana. Pada tahun 1987 pindah ke Yogyakarta, dan sejak tahun 1991 menetap di Imogiri, Bantul. Selain menulis, sampai sekarang mengajar di SMP 1 Imogiri, Bantul.
Karya-karyanya termuat di beberapa antologi, antara lain; Riak Bogowonto (1987), Risang Pawestri (1990), Pawestren (2013), Tengara Getar Lengkara (2014), Di Antara Perempuan (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Wajah Ibu (2016), dan Berbagi Zikir (2017)

Choen Supriyatmi

Tentang Kampung Halaman

kangen kampung halaman adalah jingganya kelopak flamboyan di atas hijau rumput sehabis hujan adalah saat membelah durian dekat patung WR Supratman  kangen itu adalah gebleg bumbu dan clorot manis yang unik seperti Dian Djati dan Nunik  kangen ini semangkok bakso yang dinikmati dengan saos dan sedikit cuka lezatnya tak tertemui di lain kota adalah soto babat dan teh hangat di stasiun, yang selalu habis sebelum jam empat  kangenku kini adalah postra dan kopisisa yang entah tak lagi terdengar kabarnya.

Choen Supriyatmi
Sajak Mantra

Aku tak biasa mencatat nama nama
tapi ada yang tetap tinggal di dalam dada
bahkan lengkap lekuk tajam rupa
juga ikal gelombang rambutnya

Aku tak biasa mengingat angka angka tapi ada yang begitu lama tak bisa kulupa bahkan dengan semua spektrum warna  serta segala aroma di dalamnya : itulah mantra, agar pintu pintu terbuka.

Imogiri, 2016


Choen Supriyatmi
Sajak Pengembara

Jiwa kita telah mengembara di padang padang terbuka
melempar sauh hingga pulau pulau yang jauh
dan pernah sampai di satu titik temu
lantas bagai angin sepoi semua mesti berlalu

Dan kini, saat jemari tak lagi sampai buat mengusap dan membelai rasakanlah jantung saling berdekap bagai rumah yang kedap dan hangat bagi jiwamu yang teramat penat

(mengenang langkah langkah sunyi sepanjang Sukhumvit street) Imogiri, Januari 2017


Choen Supriyatmi
Sajak Perjumpaan

Setelah perjumpaan itu selalu kurasakan gigil dalam jiwaku lagi pula telah terkatup segala pintu pintu dan daun jendela
Setelah perjumpaan itu
kita tandaskan gelas gelas hingga beku
dan tanggalkan huruf dari semesta
biar tak tertulis lagi dusta

Setelah perjumpaan itu
tinggallah kini sujud panjangku
hingga kita bertemu suatu waktu.

Imogiri, 2017


Choen Supriyatmi
Sajak Rumah

dunia adalah beragam peristiwa
bermula jauh sebelum tangis pecah ketika  subuh rekah
masa kanak dengan segala tawa dan bahagia membuncah

tapak kehidupan bagai pergantian pagi dan petang malam serta siang
perjalanan jauh jadi terlampau melelahkan
kala rumah sangat berjarak dan tak ada rindang naungan

 matahari teramat terik pada musim kemarau panjang
hewan hewan gembalaan resah berebut rumputan
tanah ladang  terbelah dan sungai hanya tinggal batuan

ketika langit senja mulai memerah
kaulah rumah bagi gembala yang lelah
tempat bagi segala untuk berserah

dan inilah rintik hujan permulaan
sejak aku kembali dan bermukim di rumahmu
bersama lirih jengkerik dan kersik daun bambu
menjaga cinta tetap abadi selalu

syahdu rintik gerimis di atas genting
remang sunyi udara tanpa desing
demikianlah aku mencintaimu dalam hening
dalam khusuk dan hati bening
Imogiri, 4 Oktober 2017.

Choen Supriyatmi
Tikam Jejak

pada setiap lipitnya kaujahit sepi
lalu kautisik segala nyeri

dengan jarum tajam dan seutas benang
kausambung dua ujung yang senjang

tusukmu amat sederhana
hanya tikam jejak saja yang kaubisa
dan dengannya engkau beri makna
 : sepenuh cinta.

Imogiri, 5 Oktober 2017


Choen Supriyatmi
Sajak Cinta untuk Negeri

Cinta adalah mata air kehidupan
yang berhulu dari kaki kaki gunung
dari rimba rimba semesta yang rimbun

Cinta adalah sungai sungai bening
yang berliku menuju laut dan bermuara di samudera raya
yang ketika terik matahari menguapkannya
dengan rela ia menjelma hujan dan memberi kesejukan

Cinta adalah rinai gerimis yang tercucah dari langit
dari maha luas angkasa untuk bumi dan seisinya
darinya tumbuh rumputan, pohonan, aneka macam buah buahan
butir butir padi, bulir bulir gandum, dan segala macam umbi umbian

Cinta adalah para gembala dengan kerbau, sapi, dan biri birinya
selalu menjaga tanpa pernah memangsa atau membiarkannya terluka

Cinta adalah negeri yang aman sentausa
tanah tempat kita berpijak dan beranak pinak.

Imogiri, 12 Oktober 2018



No comments:

Post a Comment